Sejarah Kemerdekaan Turki

Sejarah Kemerdekaan Turki

kompihub.com – Perang Kemerdekaan Turki adalah peristiwa militer dan politik setelah ditaklukannya kesultanan Utsmaniyah dan Blok Sentral Perang Dunia I dan pendudukan Sekutu terhadap teritori kesultanan Utsmaniyah. Perlawanan terhadap sekutu dilakukan oleh Gerakan Nasional Turki yang berpusat di Anatolia. Gerakan ini membuat didirikannya Republik Turki.

Setelah Gencatan Senjata Mudros (30 Oktober 1918), pendudukan Istanbul (13 November 1918) pemerintahan Utsmaniyah di Istanbul berada di bawah kekuasaan Sekutu yang dipimpin oleh Britania Raya. Bagian selatan dan timur Utsmaniyah di Anatolia direbut. Pasukan Yunani merebut Izmir (21 Mei 1919) dan menduduki Anatolia Barat. Deklarasi Konferensi Perdamaian Paris 1919 (21 Januari 1920) diikuti dengan Perjanjian Sèvres (Agustus 1920) yang menyerahkan seluruh teritori Utsmaniyah di Balkan dan Arab kepada Sekutu. Usaha pergerakan nasionalis di Anatolia tengah mencapai puncak dengan pembentukan Dewan Nasional Turki di Ankara.

Turki berhasil memobilisasikan sumbernya di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasya, memukul mundur tentara pendudukan Yunani, Britania, Prancis dan Italia dan menggagalkan Perjanjian Sèvres. Hasil ini diakui melalui Perjanjian Lausanne pada Juli 1923, meninggalkan Anatolia dan Trakia Timur untuk membentuk negaranya sendiri. Republik Turki dideklarasikan pada Oktober 1923, dengan Ankara sebagai ibu kotanya.

Pergolakan Perang Dunia I

Sejarah dari perang dunia 1, meski pemerintahan resmi Ottoman yang berada di bawah Sultan Ottoman ke-36, Mehmed VI , memutuskan bahwa perlawanan terhadap Sekutu tidak mungkin dilakukan, kantong-kantong perlawanan tetap ada di Anatolia, cikal bakal Turki modern. Kantong-kantong perlawanan ini terdiri dari kelompok-kelompok laskar dan desertir, sejumlah unit Ottoman yang masih utuh, dan berbagai elemen masyarakat. Perlawanan mereka dipicu oleh pendudukan Yunani atas Izmir pada 15 Mei 1919.

Saat itu, Mustafa Kemal, salah satu perwira paling sukses di kesultanan, berangkat untuk misi resmi ke Anatolia timur dan mendarat di Samsun pada 19 Mei 1919. Dia segera mengonsolidasikan perlawanan meskipun ditentang oleh pemerintahan resmi Ottoman. Melalui Asosiasi untuk Pertahanan Hak-hak Anatolia Timur (didirikan 3 Maret 1919), kongres digelar di Erzurum (Juli-Agustus).

Kemudian dilanjutkan dengan kongres kedua di Sivas pada September 1919 dengan dihadiri delegasi yang mewakili seluruh negeri. Asosiasi baru untuk Pertahanan Hak-hak Anatolia dan Rumelia didirikan. Sementara itu, komite eksekutif untuk mengorganisir perlawanan juga dibentuk dengan Mustafa Kemal ditunjuk sebagai ketua.

Konflik Dalam Negeri

Pemerintah resmi menyerah pada tekanan kelompok pendukung Mustafa Kemal. Wazir Agung yang tidak populer, Damad Ferid Pasha, mengundurkan diri dan digantikan oleh Ali Riza Pasha yang lebih simpatik. Negosiasi dengan kelompok tersebut diikuti oleh pemilihan parlemen baru yang bertempat di Istanbul pada Januari 1920.

Mayoritas parlemen menentang kebijakan resmi pemerintah dan mengesahkan Pakta Nasional, yang dirumuskan di Erzurum dan Sivas. Tujuannya, untuk mencapai kemerdekaan. Pihak Sekutu membalas hal tersebut dengan memperluas wilayah pendudukan di Istanbul pada 16 Maret 1920, menangkap serta mendeportasi banyak deputi. Damad Ferid kembali menjadi wazir pada 5 April 1920. Dengan dukungan kelompok agama, ia bertekad untuk menghancurkan kelompok pendukung Mustafa Kemal.