Sejarah Kemerdekaan Brunei Darussalam Tetangga Indonesia

Sejarah Kemerdekaan Brunei Darussalam Tetangga Indonesia

kompihub.com – Catatan-catatan dari Tiongkok dan Arab menunjukkan bahwa Kesultanan Brunei Darussalam telah ada sejak setidaknya abad VII atau VIII Masehi. Kesultanan awal ini kemudian ditaklukkan oleh Sriwijaya pada awal abad IX dan kemudian menguasai Kalimantan utara dan Filipina. Setelah sriwijaya dikalahkan oleh Majapahit,Brunei berhasil memerdekakan diri dan menjadi negara yang maju.

Kesultanan Brunei mencapai masa kejayaan dari abad XV sampai XVII, ketika daerah kekuasaannya mencapai seluruh pulau Kalimantan dan kepulauan Filipina. Brunei terutama paling kuat dalam masa pemerintahan sultan kelima, Bolkiah (1473-1521), yang terkenal karena perjalanan-perjalanannya di samudera dan menaklukkan Manila; dan pada masa pemerintahan sultan kesembilan, Hassan (1605-1619), yang mengembangkan sistem pengadilan kerajaan, yang unsur-unsurnya masih terdapat sampai hari ini.

Setelah Sultan Hassan, kejayaan Brunei memudar karena perebutan kekuasaan dan juga bertumbuhnya pengaruh kekuasaan kolonial Eropa di daerah itu yang, antara lain, mengacaukan jalur-jalur perdagangan tradisional, menghancurkan dasar ekonomi Brunei dan banyak kesultanan Asia Tenggara lainnya. Pada 1839, petualang Inggris James Brooke sampai ke Kalimantan dan menolong Sultan Brunei menumpas sebuah pemberontakan.

Sebagai imbalannya, ia menjadi gubernur dan kemudian “Rajah Putih” dari Sarawak di Kalimantan barat laut dan kemudian mengembangkan daerah kekuasaan di bawah pemerintahannya. Brooke tidak pernah mengambil alih kekuasaan di Brunei, walaupun ia mencoba untuk melakukan hal itu. Ia bertanya kepada pemerintah Britania apakah ia boleh mengakui Brunei sebagai miliknya, tetapi ditolak. Walaupun Brunei diperintah dengan kurang baik, ia memiliki perasaan dan identitas nasional, dan karena itu tidak dapat direbut oleh Brooke.

Awal Mula Kemerdekaan Brunei

Brunei mendeklarisikan kerajaan baru yang bertujuan untuk mengurus pemerintahan, tepatnya pada tahun 1959. Sementara urusan hubungan luar negari, pertahanan dan keamanan menjadi tanggung jawa pihak Britania (Inggris). Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaannya yang menginginkan menjadi negara Kesatuan Borneo Utara

Pada awal tahun 1960an, Kesultanan Brunei mendapat tawaran untuk bergabung menjadi bagian negara Malaysia, namun Sultan Brunei saat itu menolaknya. Sultan kemudian berkeinginan untuk membentuk sebuah negara sendiri yang merdeka.

Brunei kemudian mencapai kemerdekaannya pada tanggal 1 Januari 1984 setelah menandatangani perjanjian persahabatan dan kerjasama dengan pihak Britania Raya (Inggris). Saat itu, Brunei dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah yang merupakan putra sulung dari Sultan Omar Ali Saifuddin III.

Geografi Brunei Darussalam

Wilayah Brunei Darussalam secara umum berupa daratan. Selain itu, Brunei juga memiliki pantai yang berupa rawa dengan ditumbuhi tanaman bakau. Selain itu, wilayah yang berbatasan dengan Serawak mayoritas berupa bukit bukit dengan ketinggian di atas 350 meter. Daerah Brunei Darussalam di bagian timur memiliki ketinggian lebih di bandingkan Brunei di bagian bagian barat.

Pada wilayah ini terdapat bukit yang cukup terkenal yaitu Bukit Pagon dengan ketinggian kurang lebih 1859 meter. Ada pula beberapa sungai besar yang di miliki oleh Brunei Darussalam, diantaranya adalah Sungai Belait, Sungai Brunei, dan Sungai Tutong. Untuk sungai terpanjang Negara Brunei adalah Sungai Belait, sedangkan sungai terpendeknya yaitu Sungai Brunei. Baca pula tentang sejarah perang banjarmasin, penyebab perang baratayuda, sejarah museum kapal selam, dan bangunan bersejarah di Asia.