Sejarah Lahirnya Pekan Olahraga Nasional

Sejarah Lahirnya Pekan Olahraga Nasional

kompihub.com – Pekan Olahraga Nasional (PON) ajang olahraga terbesar di Indonesia yang diadakan setiap 4 tahun sekali, PON I di Solo pada 9 September 1948, Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 telah resmi digelar dan mendapat sambutan eksklusif dari Presiden Joko Widodo pada Sabtu, 2 September 2021. Awalnya, PON XX Papua akan diadakan pada tahun 2020, tetapi kemunculan pandemi Covid-19 menyebabkan rencana ini menjadi diundur. Perhelatan olahraga ini menjadi yang pertama diselenggarakan di tanah cendrawasih, di Stadion Lukas Enembe Jayapura Papua.

“Sesuai dengan tagline kami ‘TORANG BISA’ yang merupakan semangat yang tercermin dari kemampuan Panitia Pekan Olahraga XX Papua 2021 dalam beradaptasi dengan kondisi pandemi dan siap menggelar Pekan Olahraga Nasional. Bahkan, setiap kegiatan akan selalu mengedepankan protokol kesehatan dan kesiapan layanan penyiaran dan streaming lapisan masyarakat,” ujar Ketua Pekan Olahraga Papua, Yunus Wonda, dilansir dari papua.go.id, 5 Oktober 2021.

Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan ajang olahraga terbesar di Indonesia yang diadakan tiap 4 tahun sekali. PON pertama kali dilaksanakan di Stadion Sriwedari Surakarta/Solo pada 9 September 1948. Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) adalah pencetus dari keputusan penyelenggaraan PON I/1948 yang merupakan perkembangan dari ikatan Sport Indonesia (ISI) dan terbentuk pada 15 Oktober 1938.

Sejarah

Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) – keduanya telah dilebur dan saat ini menjadi KONI – mempersiapkan para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun 1948. Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak kesulitan. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.

Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia.

Alasan yang disebut terakhir ini menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.

Penyelenggaraan PON Pertama

Pemerintah pun mendukung adanya pesta olahraga itu, bahkan bersedia menggelontorkan dana sebesar Rp 1.500, meski kondisi politik dalam negeri belum stabil. Diketahui, PON pertama itu diselenggarakan ketika Indonesia masih berjuang melawan Belanda yang masih menguasai beberapa daerah di Indonesia. Karena itu, PON pertama hanya diikuti oleh kota atau keresidenan di Jawa. Sebanyak 600 atlet dari 13 kota dan keresidenan ikut memperebutkan 108 medali pada 9 cabang olahraga.

Kesembilan cabor tersebut adalah sepak bola, renang, bulu tangkis, basket, bola keranjang, tenis, panahan, dan pencak silat. Meski situasi masih dalam negeri masih berkecamuk, antusias masyarakat menyambut PON pertama sangat tinggi. Bahkan, tak kurang dari 40.000 penonton setiap harinya memadati Stadion Sriwedari untuk menyaksikan pertandingan.