Rupiah VS Dolar AS, Mengintip Lajur Hari Ini

Rupiah vs Dolar

Kompihub – Rupiah vs Dolar. Nilai tukar rupiah menguat ke Rp14.913 per dolar AS pada perdagangan awal pekan, Senin 22 Maret 2023. Rupiah sebelumnya mengakhiri akhir pekan lalu dengan pelemahan 0,41 persen ke Rp14.930 per dolar AS.

Rupiah Menguat vs Dolar AS Awal Pekan

Mengutip dari data Bloomberg pukul 09.00 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,11% atau 17 poin ke Rp 14.913 per dolar AS. Penguatan rupiah terjadi karena index dolar melemah 0,17 persen ke 102,90 dari posisi pembukaan 102,91.

Rupiah VS Dolar AS dan Beberapa Negara lain

Rupiah menguat melawan dolar AS awal pekan, Yuan China justru loyo. Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Won Korea Selatan memimpin kenaikan dengan penguatan sebesar 0,39 persen terhadap dolar AS. Kemudian disusul yen Jepang yang menguat 0,30 persen pada perdagangan pagi ini. Mata uang lain yang juga menguat adalah ringgit Malaysia dan dolar Singapura, masing-masing terapresiasi 0,04 persen dan 0,01 persen. Sementara itu, peso Filipina loyo di hadapan dolar AS dengan koreksi 0,30 persen pagi ini.

Hasil Analis Para Ahli

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah bakal menguat pada pembukaan perdagangan pagi ini. Penyebabnya adalah pelemahan dolar AS karena turunnya imbal hasil obligasi AS.

“Namun penguatan akan terbatas mengingat masalah debt-ceiling yang masih belum terselesaikan,” kata Lukman.

Sedangkan direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memperkirakan rupiah akan berfluktuatif pada Senin 22 Maret 2023, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.910—Rp15.000 per dolar AS.

“Hal ini mencerminkan keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim dalam risetnya akhir pekan lalu. Dia menyebutkan kekhawatiran terhadap sektor perbankan tampaknya telah mereda. Meski inflasi baru-baru ini cukup stabil, data klaim pengangguran pada Kamis pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih ketat.  Adapun sentimen dari dalam negeri menurut Ibrahim datang dari ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,31 persen pada 2022. Namun, capaian tersebut belum bisa membawa Indonesia keluar dari middle income trap.